Namanya Alam, sejak dari bangku SMP, dia mempunyai mimpi untuk menjadi seorang penulis terkenal. Ia sudah sering membayangkan bahwa buku hasil karyanya nanti akan terpajang di rak-rak toko buku besar dan dibaca oleh banyak orang. Meskipun begitu, Alam masih kesusahan mencari cara bagaimana mimpinya itu bisa terwujud.
Hingga ia mengikuti kelas menulis online. Alam menjadi salah satu dari 97 peserta yang mengikuti kelas menulis online tersebut. Di kelas menulis online tersebut, Panji, seorang istruktur dalam kelas menulis tersebut memberikan tugas kepada para peserta untuk membuat outline novel yang ingin mereka tulis, termasuk Alam. Awalnya, Alam merasa bingung dan kesusahan bagaimana cara memulai sebuah novel yang begitu panjang.
Alam pun bertanya kepada Panji tentang kebingungannya dalam memulai tersebut. Lalu, panji -dalam kelas tersebut- menjelaskan bahwa hal yang memungkinkan kita dimudahkan dalam membuat outline novel yang panjang tersebut adalah dengan membuat sebuah milestone. ”Bayangkan novel kalian itu seperti sebuah perjalanan panjang. Nah, milestone disini diibaratkan seperti posko-posko kecil di sepanjang perjalanan itu. Setiap posko akan memberimu semangat untuk terus berjalan,” kata Panji dalam kelas tersebut.
Selepas kelas menulis online selesai, Alam pun mulai membuat milestone untuk project novelnya tersebut. Milestone pertamanya adalah menyelesaikan bab pertama dalam waktu seminggu. Milestone kedua adalah membuat 7 karakter utama. Milestone ketiga adalah menyelesaikan draft pertama.
Setiap kali Alam berhasil mencapai sebuah milestone, ia merasa sangat senang dan puas. Begitupun rasa percaya dirinya yang juga semakin meningkat. Ia merasa lebih dekat dengan mimpinya untuk menjadi seorang penulis.
Namun, perjalanan menuju mimpinya tersebut tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya Alam merasa lelah dan ingin menyerah. Pada saat-saat seperti itu, Alam kembali melihat milestone-nya dan membayangkan sudah betapa jauhnya ia telah berjalan dan betapa banyaknya yang telah ia capai. Dengan begitu, saat alam kembali mengingat pencapaian-pencapaian kecilnya, Alam kembali termotivasi untuk melanjutkan perjalanannya dalam menggapai sebuah mimpi menjadi seorang penulis.
Selain membuat milestone, Alam juga bergabung dengan komunitas penulis online. Di sana, ia bertemu dengan penulis lain yang juga sedang mengejar mimpinya menjadi seorang penulis. Mereka saling berbagi pengalaman, memberikan masukan, dan saling menyemangati satu sama lain. Dukungan yang diberikan tersebut sangat berarti bagi Alam.
Setalah berbulan-bulan, akhirnya Alam menyelesaikan draft pertama novelnya tersebut. Ia merasa sangat bangga dan tidak sabar untuk membagikan karyanya kepada orang lain. Namun, perjalan belum berakhir disini. Alam tahu bahwa masih banyak hal yang harus ia lakukan, seperti melakukan revisi, mencari penerbit, dan menghadapi banyak penolakan dari penerbit.
Alam beberapa kali mengirimkan naskahnya ke beberapa penerbit. Namun, beberapa kali ia mendapat penolakan. Alam merasa putus asa. Ia bertanya-tanya apakah mimpinya untuk menjadi penulis terlalu tinggi?. Namun, dengan dukungan dari teman-teman dan keluarganya, Alam kembali bangkit. Ia belajar dari setiap penolakan dan terus memperbaiki naskahnya.
Akhirnya, setelah beberapa kali mencoba, Alam mendapat kabar gembira. Salah satu penerbit tertarik untuk menerbitkan novelnya. Alam merasa sangat bersyukur dan bahagia karena mimpi yang selama ini ia kejar akhirnya menjadi kenyataan.
