Menjadi sesuatu yang wajar, dalam mengawali tahun yang baru, hampir setiap orang mengeveluasi perjalan hidupnya selama satu tahun ke belakang. Begitupun aku. Hal tersebut dilakukan hanya semata-nata untuk kembali melihat apakah tahun kemarin itu dijalani sesuai dengan apa yang telah direncanakan, atau juga melihat apakah harap-harapan yang ditulis awal tahun kemarin itu ada yang terwujud atau terlaksana. Jikalau ada harapan yang belum terwujud di tahun kemarin, maka harap itu akan kembali masuk ke dalam sebuah tulisan sebagai harapan di awal tahun 2025 ini.
Nah, setelah selesai mengevaluasi perjalan serta harapan-harapan yang dituli di tahun kemarin, tiba saatnya setiap orang -meskipun tidak semua- kembali menulis harapan-harapannya di tahun 2025 ini.
Namun, ada satu pertanyaan yang mengganjal benakku selama ini, Apakah penting menulis harapan-harapan atau yang sering kita sebut sebagai Wishlist ditulis setiap mengawali tahun yang baru? Meskipun, sepertinya bagi sebagain orang, menulis Wishlist ketika mengawali tahun baru menjadi sebuah tradisi yang sudah melekat dalam hidupnya. Bagi sebagiannya lagi hal tersebut merupakan sesuatu yang tidak lumrah dalam hidupnya. Akan tetapi, bagi sebagian orang yang tidak menulis Wishlist tersebut bukan berarti tidak punya harapan, melainkan harapannya itu cukup disimpan dalam pikiran dan keyakinannya yang nantinya akan dimanifestasikan kedalam aktivitas hidupnya.
Aku sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut -kalo mempertanyakan sering-. Selagi setiap orang masih memiliki harapan, maka orang tersebut masih layak untuk menjalani kehidupan. Baik harapannya itu ditulis maupun tidak.
Setelah sedikit bergumul dengan isi pikiranku tentang pertanyaan di atas, sepertinya dan selayaknya pertanyaan di atas di revisi menjadi, Seberapa pentingkah membuat harapan-harapan bagi sebagian orang setiap mengawali tahun yang baru? Baik itu harapannya ditulis maupun tidak.
Bagiku sendiri, mempunyai harapan sama dengan mempersiapkan langkah-langkah yang akan diambil agar langkah-langkah yang diambil nantinya bisa mendekati dalam terwujudnya harapan tersebut menjadi sebuah kenyataan. Harapan diibaratkan sebuah tujuan, dimana untuk mencapai tujuan tersebut butuh strategi dan langkah yang harus dibuat, dipikirkan, dan dilaksanakan.
Seperti contoh ketika aku punya tujuan untuk menuju ke kota A, maka aku harus menyiakan strategi dan langkah yang harus dibuat agar aku bisa mencapai kota A dengan cepat. Semakin banyak strategi dan langkah yang disiapkan, maka semakin besar pula kemungkinan kita menuju ke kota A bisa terlaksana. Kenapa butuh banyak strategi dan langkah? Karena dalam perjalanan menuju ke kota A, aku pasti akan dihadapkan banyak problema yang harus diantisipasi -lebih bagusnya lagi diprediksi- agar problema tersebut tidak menghambat tujuanku untuk sampai ke kota A. Atau jika nantinya jalan yang diambil susah untuk dilalui dan memang tidak mungkin dipaksanakan untuk dilaluinya, maka masih banyak jalan lain yang bisa aku ambil karena aku membuat banyak strategi dan langkah ketika tujuanku sudah bulat untuk mencapai ke kota A.
Syahdan, di tahun 2025, aku tidak banyak berharap. Cukup apa yang telah aku lakukan dan peroleh di 2024 bisa aku peroleh lagi di 2025 dan semakin bertambah nilai guna dan manfaatnya. Selain itu, aku juga berharap bagi kalian yang membaca tulisan ini, semoga harapan-harapan kalian di tahun 2025 ini bisa semuanya terwujud.
Karena begitulah harapan, hanya akan menjadi angan jika tidak membuat sebuah tahapan. Hanya akan menjadi tulisan jika tidak dilaksanakan. Hanya akan menjadi ekspektasi jika tidak dipersiapkan lebih dini. Oleh karena itu, membuat harapan setiap mengawali tahun yang baru merupakan sesuatu yang penting, karena dengan adanya harapan, hidup menjadi lebih bermakna karena ada sesuatu yang sedang diperjuangkan mati-matian.
