Banyak orang yang bilang bahwa setiap manusia memiliki dua wajah. Satu wajah untuk ditunjukkan kepada orang lain dan wajah lainnya hanya dirinya sendiri yang tahu. Aku tidak menyangkal hal tersebut, karena memang faktanya begitu dan aku juga mengalaminya. Terkadang aku mencoba menyembunyikan wajah asliku dari orang lain. Begitupun orang lain. Untuk itu, tidak heran jika manusia merupakan makhluk yang menipulatif. Mampu memanipulasi orang-orang di sekitarnya. Sehingga, banyak orang yang termanipulasi oleh rayuan dan jilatan makhluk manipulatif bernama manusia.
Memikirkan hal tersebut, aku jadi teringat dulu waktu aku belajar agama dari seorang guru. Waktu itu guru ku bilang bahwa setiap manusia memiliki dua sisi sifat yang akan selalu ada di dalam jiwa manusia itu, yaitu sifat baik yang direpresentasikan oleh malaikat dan sifat jahat yang direpresentasikan oleh setan. Jadi manusia itu merupakan gabungan dari sifat malaikat dan sifat setan. Namun, dari kedua sifat tersebut, keduanya saling beradu satu sama lain agar bisa mendominasi jiwa manusia yang rapuh, sehingga banyak orang-orang yang bilang jika ada manusia yang melakukan tindakan jahat atau biadab disebut kesetanan karena bisa saja sifat iblis atau setan tersebut sedang mendominasi jiwanya.
Akan tetapi, aku jadi bingung dan bertanya, kenapa sifat jahat selalu direpresentasikan kepada setan atau iblis sedangkan sifat baik kepada malaikat. Bukankah iblis juga awalnya merupakan pimpinan para malaikat? dan iblis merupakan salah satu makhluk yang paling taat dan senantiasa bersujud untuk menyembah Tuhan? Justru, satu-satunya kesalahan Iblis kepada Tuhan adalah karena dia tidak mau bersujud kepada Adam, karena Iblis tau bahwa keturunan Adam akan melakukan pengrusakan terhadap tatanan yang telah Tuhan ciptakan. Setaat itu malah Iblis kepada Tuhan karena dia tidak tega jika ada makhluk ciptaan-Nya -yaitu manusia- yang justru malah akan banyak melakukan pengrusakan dan tidak menyembah-Nya di kemudian hari.
Kenapa kita, sebagai manusia enggan untuk mengakui bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan, baik ataupun buruk merupakan representasi dari tindakan manusia itu sendiri. Namun, jika manusia berbuat baik, itu terkadang di klaim dari kehendak manusia itu sendii. Kenapa manusia tidak berani mengakui setiap perbuatan jahatnya? Tidak perlu menyalahkan setan atau iblis. Setidak berani itu kah manusia untuk mengakui bahwa dirinya merupakan makhluk yang akan melakukan pengrusakan dan penghancuran? entah itu kepada dirinya sendiri, kepada sesamanya, ataupun kepada alam tempat manusia hidup di dalamnya. Bahkan, lebih parahnya lagi, banyak kaum manusia yang tidak mau bahkan tidak mengakui akan keberadaan Tuhan.
Memang betul, di agama yang aku anut sedari kecil, bahwa manusia diutus oleh Tuhan ke muka bumi ini untuk menjadi seorang khalifah yang artinya akan menjadi pemimpin di muka bumi. Tetapi, selain menjadi seorang pemimpin, manusia juga akan melakukan pengrusakan di muka bumi ini. Meskipun dua istilah tersebut berada di ayat yang berbeda, tetapi kalau dilihat dari fenomena dulu hingga sekarang, perbaikan ataupun pengrusakan terjadi sedikit banyaknya memiliki pengaruh dari seorang pemimpin. Contoh, zaman dulu, seorang pemimpin suku di suatu kelompok rela membinasakan dan melakukan pembantaian kepada satu makhluk atau hewan hanya untuk sekedar agar wilayah tersebut bisa dikuasai oleh kelompok mereka, atau seorang pemimpin menyuruh anggotanya untuk membabat pohon-pohon yang sudah menjulang tinggi ke langit untuk diratakan dan dijadikan sebuah kebun oleh mereka dengan dalih agar kelompok mereka bisa tetap hidup dan bisa tetap makan. Namun, disisi lain, mereka rela membunuh dan membuat makhluk hidup lain tidak bertahan hidup dan menghilangkan sumber penghidupannya.
Dari dimulainya peradaban manusia di muka bumi ini, sudah ribuan spesies makhluk hidup yang punah akibat perbuatan dari manusia. Harimau Jawa, Anjing Tasmania dari Australia, dan beberapa makhluk hidup lainnya yang berstatus hampir punah. Semua itu, faktor utama dari banyaknya makhluk hidup yang punah dan hampir punah karena akibat dari perbuatan manusia. Aku malah berpikir ingin menjadi seperti Iblis dalam hal ketaatan kepada Tuhan. Namun, aku menyadari bahwa aku manusia yang selalu luput dan lupa akan kebesaran Tuhan.
Selain manipulatif, manusia juga merupakan makhluk hidup yang rela mengorbankan apapun untuk mencapai segala ambisinya. Jika ditelaah lebih dalam sejarah peradaban umat manusia di bumi ini, hampir semua konflik berakar dari ambisi yang menyebabkan adanya peperangan, konflik kepentingan, pembunuhan, bahkan tak sedikit yang melakukan pembantaian. Semua itu dilakukan oleh manusia demi mewujudkan ambisinya. Selain ambisi, balas dendam juga memberikan sumbangsih atas konflik yang terjadi selama ribuan tahun ini. Sejarah dari akar balas dendam dan ambisi itu terlihat dari seorang anak kecil yang lahir di sebuah dataran dan mengalami berbagai kesulitan. Mulai dari menjadi tawanan, menjadi budak, bahkan sampai mau dibunuh ketika dirinya sudah di usia yang matang. Sampai beranjak dewasa, anak kecil itu memiliki dendam dan ambisi yang hanya dirinya yang tahu. Hingga pada akhirnya dia mampu menguasai dan mengumpulkan kelompok-kelompok kecil lalu melakukan peperangan hingga mampu menguasai wilayah yang akan disebut mongolia. Tidak sampai disitu, karena dia memiliki ambisi ingin menyatukan dunia dalam panji kekuasaannya, dia rela melakukan invasi ke wilayah barat hingga sampai ke eropa dan jazirah Arab. Sesampainya disana, pasukannya itu melakukan pembantaian, pengrusakan, pembinasaan kepada kelompok yang menentangnya. Hingga perisitiwa itu disebut sebagai masa kejayaannya kekaisaran mongol yang dipimpin oleh pemimpin keji, bengis, dan otoriter bernama Genghis Khan.
Kehidupan manusia di muka bumi ini, dari mulai manusia pertama hingga saat ini tidak lepas dari yang namanya peperangan dan pembunuhan. Karena dari peperangan dan pembunuhan itulah sebuah peradaban baru dimulai. Meskipun aku sadar akan ada beberapa orang yang tidak setuju dengan asumsiku ini. Tapi memang hal itu tidak bisa di nafikan. Awal dari sebuah peradaban adalah pembinasaan. Lalu, dari pembinasaan itulah, spesies manusia bisa tetap bertahan. Hingga hari ini dan mungkin seterusnya.
Katanya, namanya manusia itu harus benar-benar mempunyai rasa kemanusiaan. Tapi, aku sempat bingung dengan konsep kemanusiaan itu sendiri. Apakah dengan kita menghormati, menghargai, dan menolong sesama manusia akan tetapi membantai dan membunuh spesies lain seperti hewan dan tumbuhan bisa disebut kemanusiaan?
Di berbagai artikel dan penjelasan para pakar yang aku baca dan dengar, konsep kemanusiaan diartikan sebagai sebuah sikap universal yang harus dimiliki setiap umat manusia di dunia yang dapat melindungi dan memperlakukan manusia sesuai dengan hakikat manusia yang bersifat manusiawi. Begitulah penjelasan sederhanya yang aku pahami tentang konsep kemanusiaan. Artinya kita sebagai manusia harus peduli dan aware kepada kondisi manusia lainnya.
Lalu, pertanyaannya apa yang membedakan antara konsep kemanusiaan dan konsep kepedulian? dari dua konsep tersebut, mana konsep yang paling adiluhur dan mulia yang harus dimiliki oleh segenap manusia? Antara konsep kemanusiaan dan kepedulian ini, mana konsep yang paling menunjukkan sikap universal? Apakah konsep kemanusiaan ini bagian atau turunan dari konsep kepedulian, atau malah sebaliknya?
Ambil contoh, ketika kita melihat seekor kucing kurus, tidak terawat, terbuang, dan kelaparan lalu kita menolong kucing tersebut dengan memberinya tempat tinggal, memberinya makan, serta merawatnya disebut sebagai perilaku yang memcerminkan konsep kemanusiaan? Sedangkan jika mengacu pada konsep kemanusiaan itu sendiri, sudah jels-jelas sikap universal tersebut hanya mengacu pada menusia itu sendiri, bukan untuk selain manusia. Kenapa harus lahir namanya konsep kemanusiaan? jika dalam praktiknya hanya melulu memperdulikan manusia saja tanpa memperdulikan makhluk lain selain manusia? Lalu, seberapa egois konsep kemanusiaan ini?.
Pertanyaan-pertanyaan itu merupakan buah dari pikiranku yang sudah kacau melihat berbagai macam fenomena yang ada di seluk beluk kehidupan yang didalamnya banyak sekali orang-orang yang memperjuangkan kemanusiaan tetapi tidak melihat pentingnya sebuah kepedulian kepada selain manusia. Yups… begitulah kehidupan hari ini. Orang-orang sangat menjunjung tinggi kemanusiaan, tetapi disisi lain menghilangkan dan membunuh sisi kepedulian.
