Bingung, resah, dilema, semuanya berkecamuk. Itulah yang bisa aku gambarkan mengenai perasaanku saat ini. Aku tak tahu kenapa hari ini aku sama sekali merasa tidak percaya diri. Mungkin karena pikiranku terlalu diombang-ambingkan oleh hal-hal yang sering aku lihat dalam kehidupanku selama ini. Ketika melihat kawan-kawanku yang senantiasa berjuang bersama-sama perlahan satu persatu mulai memasuki dunianya masing-masing, mulai menata hidupnya agar bisa lebih baik. Sedangkan aku, yaaa… disini-sini saja menjalani hidup sehari-hari dengan tidur, makan, ngopi, main game, kalo ada mood datang mungkin aku habiskan dengan baca buku, itu pun bukunya tidak akan merubah hidupku menjadi lebih baik, justru malah membebani pikiranku dengan berpuluh-puluh pertanyaan dan permasalahan.
Pernah sih aku berpikir untuk mencoba menata hidupku agar lebih baik, tetapi yang dimaksud “lebih baik” itu hanya berorientasi kepada hal-hal yang materiil. Seperti bagaimana aku bisa kaya, punya segala sesuatu yang aku inginkan, bahkan tidak sulit rasanya jika aku menginginkan segala sesuatu yang ada di dunia ini jika aku kaya, toh ada pepatah mengatakan “dunia ini bisa dibeli” jika kita punya kelebihan materi.
Kurang lebih satu jam aku berkhayal dan berimajinasi menjadi orang kaya, bisa keliling dunia tanpa takut kehabisan uang, mempunyai mobil ferrari yang sangat aku impikan, mempunyai rumah dua lantai yang di dalam rumah itu aku siapkan satu kamar khusus yang akan aku jadikan tempat menyimpan koleksi bukuku dan menjadi perpustakaan pribadi. Rasanya sungguh menyenangkan jika khayalanku ini menjadi kenyataan. Tapi sayang, khayalan tetaplah khayalan, tidak akan menjadi kenyataan jika aku tidak berusaha untuk menggapainya. Dan jika aku ingin itu menjadi kenyataan sepertinya sulit jika aku terus-terusan menjalani hidup seperti ini. Sepertinya aku berkhayal terlalu jauh sehingga membuatku lupa berapa waktu yang telah aku habiskan hanya untuk berkhayal hal-hal semacam itu, toh itu tidak akan tiba-tiba menjadi kenyataan dan tidak akan pernah terwujud sampai kapan pun jika aku tidak mencoba sesuatu hal agar khayalanku ini menjadi kenyataan.
Tiba-tiba aku ditarik kembali oleh pikiranku dengan pertanyaan apakah kamu seegois itu dengan berkhayal menjadi orang kaya dan hanya mementingkan dirimu sendiri? Sontak saja pikiranku berkecamuk seperti ada dua orang yang sedang berdebat di dalam pikiranku. Yaaa… dan lagi-lagi aku pun menyerah pada khayalanku. Aku berkhayal kembali dan Aku lebih memilih berkhayal tentang bagaimana caranya aku menjalani hidup ini agar bisa memberikan manfaat kepada orang lain. Aku rela mengorbankan segala hal yang aku miliki dan aku punya agar aku bisa membantu orang-orang yang ada di sekitarku, orang-orang yang ada di kampung halamanku, orang-orang yang ada di desaku, orang-orang yang ada di kotaku, orang-orang yang ada di negaraku bahkan orang-orang yang ada di duniaku bisa hidup sejahtera, bisa hidup berdampingan satu sama lain, bisa hidup harmonis tanpa adanya pembeda bahwa orang itu kaya dan orang itu miskin sehingga terjadi dikotomi kelas materi di dalam lingkungan masyarakat.
Aku ingin menjadi orang yang selalu hidup di pikiran orang-orang meskipun aku sudah mati. Aku ingin menjadi orang yang terus senantiasa berjuang demi kepentingan orang-orang yang membutuhkan bantuan, tak peduli jika aku dikatakan melarat, miskin, aneh, bahkan gila oleh orang-orang asalkan aku bisa terus berjuang di jalan itu. Dan khayalanku buyar seketika ketika mendengar perutku yang mengeluarkan bunyi pertanda lapar. Wajar…. aku belum makan sama sekali dari pagi sampai sore.
